BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar merupakan
kegiatan yang berproses dan termasuk unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Syah (2006),
belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan perilaku yang bersifat positif yang berorientasi pada aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Keberhasilan proses
belajar didukung oleh kemampuan pengajar dalam membangkitkan minat peserta
didik dengan melakukan berbagai strategi pembelajaran yang efektif. Sebagai
guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi
belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, maka belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri dan prinsip. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui guna menunjang tugas di medan pengabdian.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, maka belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri dan prinsip. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui guna menunjang tugas di medan pengabdian.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
hakekat belajar menurut para ahli?
2.
Apa ciri-ciri belajar dan faktor yang mendorong
seseorang untuk belajar?
3.
Apasaja prinsip-prinsip dalam belajar?
1.3
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui hakekat belajar yang dikemukakan oleh
para ahli.
2.
Mengetahui ciri-ciri belajar dan factor-faktor yang
dapat mendorong seseorang untuk belajar.
3.
Mengetahui prinsip-prinsip dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAKIKAT
BELAJAR
Di bawah ini
disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
a.
Moh. Surya (1997) :
“belajar dapat diartikan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
b.
Witherington (1952) :
“belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
c.
Crow & Crow dan (1958) :
“ belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
d.
Hilgard (1962) :
“belajar adalah proses dimana suatu perilaku
muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu
situasi”.
e.
Di Vesta dan Thompson (1970) :
“ belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
f.
Gage & Berliner :
“belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan
yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu
juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu
proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi
pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang
Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan
memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan
Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan
yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan
dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang
mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika
dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap
dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan
yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang
terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan,
baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang
mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan
keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan
perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan
yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi
bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa
sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose
Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual
atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah
mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan
untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip
perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5.
Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru,
individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya,
mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka
mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku
psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan
sebagainya.
6. Perubahan
yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan
yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar
pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi
pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin
memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan
yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan
tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki
kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas
dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan
perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan
hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula
perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang
“Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang
“Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang
guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut
Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan
hasil belajar dapat berbentuk :
1. Informasi
verbal yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda,
definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan
intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
3. Strategi
kognitif yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik ialah hasil belajar
yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh.
Surya (1997) mengemukakan
bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan.
Seperti: peserta didik belajar
bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur
yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik
dan benar.
2. Keterampilan.
Seperti: menulis dan berolah raga
yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan
koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan.
Yakni proses menerima, menafsirkan,
dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif
sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir
asosiatif.
Yakni berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5.
Berfikir rasional dan kritis.
Yakni menggunakan prinsip-prinsip
dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana”
(how) dan “mengapa” (why).
6. Sikap.
Yakni kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
9.
Perilaku afektif.
Yakni perilaku yang bersangkutan
dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was
dan sebagainya.
Sedangkan
menurut Bloom, perubahan perilaku
yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain)
kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
2.2
CIRI-CIRI
BELAJAR
Ciri-ciri belajar
adalah sebagai berikut :
1.
Adanya kemampuan baru atau perubahan.
Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
maupun nilai dan sikap (afektif).
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat
saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja
melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan
lingkungan.
4.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan
disatu tempat saja, melainkan dimana saja kita berada.
Berikut
beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1.
Adanya dorongan rasa ingin tahu.
2.
Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3.
Mengutip dari istilah Abraham Maslow
bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari
kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
4.
Untuk melakukan penyempurnaan dari apa
yang telah diketahuinya.
5.
Agar mampu bersosialisasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya.
6.
Untuk meningkatkan intelektualitas dan
mengembangkan potensi diri.
7.
Untuk mencapai cita-cita yang
diinginkan.
8.
Untuk mengisi waktu luang.
2.3 PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
Banyak
ahli yang mengemukakan berbagai prinsip belajar yang harus dipertimbangkan
seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu ahli di antaranya
adalah Bothwell (1968), yang mengemukakan sepuluh prinsip belajar.
1.
Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi oleh
kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness adalah
kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Seorang siswa yang belum
siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan
untuk menguasai kemampuan yang diharapkan. Yang termasuk kesiapan adalah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman,
hasil belajar yang lalu, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang
dapat belajar.
Berikut ini beberapa hal yang
berkaitan dengan kesiapan, yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran:
a. Seorang individu akan dapat belajar
dengan baik apabila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya
dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b. Kesiapan belajar harus dikaji bukan
diduga. Hal ini mengandung arti bahwa apabila seorang guru ingin mendapat
gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan
pengetesan kesiapan.
c. Jika seorang individu kurang
memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu akan ditunda sampai individu
tersebut memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas.
d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan
jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti bahwa siswa yang memiliki kecerdasan
yang sama mungkin memiliki pola kemampuan mental yang berbeda.
e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas,
seharusnya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan individu.
Berkaitan dengan prinsip kesiapan
dalam belajar, dalam memulai kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan apersepsi.
Apersepsi berfungsi mempersiapkan kondisi belajar pada siswa. Melalui apersepsi
guru dapat menciptakan suasana siap mntal siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menyiapkan siswa untuk belajar,
diantaranya adalah:
a. Mengaitkan materi yang dipelajari
dengan materi yang telah dikuasai siswa.
b. Memulai pembelajaran dari hal-hal
yang telah dikenal atau dikuasai siswa.
2.
Prinsip
Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi pada
diri individu yang memprakarsai kegiatan mengatur arah kegiatan , dan
memelihara kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan biologis Yang perlu di perhatikan dalam pengembangan proses
belajar :
a. Kesungguhan.individu bukan hanya
didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis,sosial dan emosional.
b. Pengetauan tentang kemajuan yang
dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Rasa aman dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Berkenaan dengan prinsip
motivasi,dalam memebantu siswa belajar, Guru hedaknnya mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang menarik dan mempelihara perhatian siswa dserta sesui
kebutuhan dan minat siswa.
Proses pembelajaran yang efektif,
yaitu pembelajaran yang memotivasi siswa akan memungkinkan pengesuan optimal
dan memberikan pengalaman yang berharga baik bagi siswa maupun bagi guru.
3.
Prinsip
Presepsi
Presepsi adalah interpretasi tentang
situasi hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Presepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Siswa yang mempunyai presepsi
positif terhadap kegiatan belajar dan dirinya,mereka akan senang dan
sungguh-sungguh belajar.
Berkenaan dengan prinsip presepsi
ini, berikut ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan:
a. Presepsi siswa terhadap Sesuatu di
pengaruhi oleh factor lingkungan dimana siswa berada.
b. Penafsiran individu terhadap sesuatu
tergantung pada tujuan, sikap, pengalama, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya.
c. Cara seorang melihat dirinya
berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu situasi seorang siswa cenderung
bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
d. Untuk membentuk presepsi yang tepat,
siswa dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan kepada mereka untuk menilai
dirinya sendiri. Perilaku yang baik tergantung pada persepsi yang cermat dan
nyata mengenai suatu situasi.
e. Kecermatan persepsi harus sering
dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklarifikasi persepsi
mereka.
f. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
siswa akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
Dalam menumbuhkan persepsi yang
positif baik terhadap dirinya maupun terhadap kegiatan belajar, guru hendaknya
:
a. Menciptakan iklim kelas yang
menyenangkan dan aman sehingga siswa merasa senang dalam belajar.
b. Mengorganisasi materi pelajaran
dengan memperhatikan tingkat kesulitan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang menarik sehingga siswa merasa senang dalam melaksanakan tugas belajar yang
diberikan.
d. Memberikan tugas atau kegiatan yang
menekankan pada kekuatan atau kelebihan siswa.
4.
Prinsip
Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang
hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan
diterima oleh siswa pada saat proses belajar terjadi. Mengenai tujuan ini ada
beberapa individu yang perlu diperhatikan:
a. Tujuan seharusnya mewadahi kemampuan
yang harus dicapai.
b. Penetapan tujuan seharusnya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyrakat.
c. Siswa akan dapat menerima tujuan
yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.
d. Tujuan guru dan siswa seharusnya
sama atau sesuai.
e. Aturan-aturan yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
f. Tingkat keterlibatan siswa
mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang hasil yang dapat dicapai.
g. Perasaan siswa mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
h. Tujuan harus dirumuskan dengan jelas
dan dapat diterima oleh siswa.
Berkaitan dengan prinsip tujuan ini,
untuk membantu siswa berhasil dalam belajarnya, guru hendaknya merumuskan
tujuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat
kesesuaian antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan,
motivasi belajar mereka akan meningkat.
5.
Prinsip
Perbedaan Individual
Menurut prinsip ini, proses belajar
yang terjadi pada setiap individu berbeda satu sama lain. Perbedaan ini
disebabkan oleh fisik maupun psikhis. Berkaitan dengan perbedaan individual
dalam proses belajar, ada beberapa hal yang perlu diingat:
a.
Para
siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang
berbeda-beda.
b.
Para
siswa perlu mengenal potensinya dan seharusnya dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.
c.
Para
siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan,
minat, dan latar belakangnya.
d.
Siswa
cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lalunya
yang ia rasakan berarti.
e.
Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat apabila individu tidak merasa
terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar.
f.
Siswa
yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh.
Dengan adanya prinsip individual
dalam proses belajar, kegiatan pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan
kesanggupan individual siswa. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan
oleh guru dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan individu siswa adalah:
a. Melaksanakan kegiatan kelompok,
pengelompokan didasarkan atas kesanggupan siswa.
b. Memberikan tugas yang dapat
diselesaikan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu.
c. Memberikan tugas tambahan bagi siswa
yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran, dan memberikan tugas
pengayaan bagi siswa yang telah mampu menguasai materi.
d. Melaksanakan pembelajaran proyek
atau unit.
6.
Prinsip
Transfer dan Retensi
Dalam proses belajar, seseorang
dituntut untuk menyerap dan menyimpan hasil belajar (retensi)
serta menggunakannya dalam situasi baru (transfer). Berhubungan dengan
proses transfer dan retensi, ada beberapa prinsip yang haru diperhatikan :
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat
memperkuat retensi.
b. Materi yang bermakna bagi
siswa dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan psikhis.
d. Latihan yang terbagi dalam unit-unit
akan memungkinkan retensi yang baik.
e. Penelaahan bahan-bahan yang factual,
keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
f. Proses belajar cenderung terjadi
bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
g. Sikap pribadi, perasaan, atau
suasana emosi siswa dapat menyebabkan proses pelupaan pada hal-hal tertentu.
h. Proses saling mempengaruhi dalam
belajar akan terjadi bila materi baru yang sama dipelajari mengikuti materi
sebelumnya.
i.
Pengetahuan
tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubungkan penerapan prinsip yang
dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi terhadap unsur-unsur yang sejenis.
j.
Transfer
hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mudah bila hubungan yang
bermanfaat dalam situasi khusus dan dalam situasi yang dibuat agak sama.
k. Pembelajaran diakhiri dengan
pembuatan generalisasi atau kesimpulan.
Berkaitan dengan prinsip ini, guru
seharusnya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang :
a. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan kemampuannya dalam memecahkan permasalahan sehari-hari.
b. Menunjukkan hubungan antara konsep
yang dipelajari dengan konsep lain.
c. Menggunakan berbagai media
pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang dibahas.
7.
Prinsip
Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatakan proses
pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar-unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :
a. Perhatian harus di pusatakan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi.
b. Hasil belajar kognitif akan
bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individu yang ada.
c. Bentuk-bentuk kesepian,
perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan, dan pengalaman, berpengaruh
langsung terhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus
diorganosasikan ke dalam setuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan konsep,
kebermaknakan dari konsep amatlah penting. Kegiatan mencari, menerapkan,
mendefinisikan, dan menilai sangatlah di perlukan untukmenguji bahwa suatu konsep
benar-benar bermakna.
f. Dalam pemecahan masalah para siswa
harus di bantu untuk mendifinisikan, dan membatasi linkup masalah, menemukan
informasi yang sesuai, menasirkan dan menganalisis masalah serta memungkinkan
berfikir menyebar.
g. Perhatian yang lebih terhadap proses
mental daripada terhadap hasil belajar, akan lebih memungkinkan terjadinya
proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran.
Untuk membantu siswa berhasil dalam
proses belajar kognitif, guru hendaknya :
a. Mempertimbangkan latar belakang dan
lingkungan siswa dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
b. Mengaitkan materi yang di pelajari
dengan hal-hal yang pernah, sedang, dan akan di alami siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan suatu
permasalahan.
8.
Prinsip
Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang
menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar
afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan sikap. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif :
a. Hampir semua situasi kehidupan
mengandung aspek afektif.
b. Cara siswa menyesuaikan diri dan
memberikan reaksi terhadap situasiasi akan member dampak dan pengaruh terhadap
proses belajar afektif.
c. Nilai-nilai yang penting yang
diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat. Nilai,
sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan
proses perkembangan.
d. Sikap dan nilaisering dibentuk melalui
proses identifikasi dari orang lain dan bukan sebagai hasil belajar langsung.
e. Sikap lebih mudah dibentuk melalui
pengalaman yang menyenangkan.
f. Nilai-nilai yang ada pada diri
individu di pengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
g. Proses belajar disekolah dan
kesehatan mental memiliki hubungan yang erat, iswa yang memiliki kesehatan
mental yang baik akan dapat belajar dengan mudahdaripada yang memiliki masalah.
h. Belajar afektif dapat dikembangkan
atau di ubah melalui interaksi dengan guru dalam kelas.
i.
Siswa
dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan
memahami sikap, peranan, dan emosi.
Berkenaan dengan proses belajar
afekti ini, guru hendaknya melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
terbentuknya kemampuan afektif siswa, seperti : kegiatan yang mempersyaratkan
siswa bekerja sama, memecahkan masalah secara mandiri.
9.
Prinsip
Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor menentukan
bagaimana individu mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor
menuntut keaktifan aspek mental dan fisik. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam belajar psikomotor, adalah :
a. Pelaksanaan tugas dalam suatu
kelompok akan menunjukan variasai dalam kemampuan dasar psikomotor.
b. Struktur ragami dan sistem syarat
individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
c. Melalui bermain dan aktifitas
informal, siswa akan memperoleh kemampuan mengontrrol gerakannya lebih baik.
d. Dengan kematangan fisik dan mental,
kemampuan siswa untuk memadukan dan memperluas gerakannya akan lebih dapat
diperkuat.
e. Faktor-faktor lingkungan memberikan
pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.
f. Penjelasan yang baik, demonstrasi,
dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efesiensi belajar psikomotor.
g. Latihan yang cukup yang diberikan
dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar psikomotor.
h. Tugas-tugas psiomotor yang terlalu
sukar bagi siswa dapat menimbulkan frustrasi dan kelelahan yang tepat.
Dalam kegiatan pembelejaran guru
hendaknya melekukan hal-hal berikut :
a. Memberikan petunjuk secara verbal
tenteng langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk mengusai suatu
keterampilan.
b. Mengunakan gambar atau
demonstrasikan gerakan-gerakan atau kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam menguaai keterampilan.
c. Memberikan latihan yang cukup karena
keterampilan motorik menunutut latihan yang bertahap. Tingkat kelenturan,
kecepatan, dan ketepatan gerakan hanya dapat dicapai melalui latihan yang
berulang-ulang.
10. Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, jenis, cakupan dan
validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui kemajuan
dalam pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan
evaluasi yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran:
a. Evaluasi member arti pada proses
belajar dan member arah baru pada siswa.
b. Bila evaluasi dikaitkan dengan
tujuan maka peran evaluasi menjadi sangat penting bagi siswa.
c. Kegiatan evaluasi yang dilakukan
guru dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam evaluasi dan belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan
pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa saling bertukar dan
menerima pikiran, perasaan, dan pengamatan.
e. Kekurangan atau ketidaklengkapan
evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani siswa.
f. Kelompok teman sebaya berguna dalam
evaluasi.
Berkaitan dengan prinsip evaluasi,
guru hendaknya melaksanakan kegiatan evaluasi secara menyeluruh, tidak hanya
pencapaian hasil belajar tetapi juga proses belajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari
beberapa beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku.
Ciri-ciri dari perubahan perilaku tersebut dapat berupa:
a.
Perubahan
yang disadari atau disengaja.
b.
Perubahan
yang berkesinambungan.
c.
Perubahan
yang fungsional.
d.
Perubahan
yang bersifat positif.
e.
Perubahan
yang bersifat aktif.
f.
Perubahan
yang bersifat permanen.
g.
Perubahan
yang bertujuan dan terarah.
h.
Perubahan
perilaku secara keseluruhan.
Sedangkan ciri-ciri belajar itu sendiri terdiri dari:
1.
Adanya kemampuan baru atau perubahan.
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat
saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja
melainkan harus dengan usaha.
4.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan
disatu tempat saja, melainkan dimana saja kita berada.
Prinsip-prinsip
belajar yang dikemukakan oleh Bothwell (1968) terdiri dari sepuluh prinsip,
yaitu:
1.
Prinsip kesiapan.
2.
Prinsip motivasi.
3.
Prinsip presepsi.
4.
Prinsip tujuan.
5.
Prinsip perbedaan individual.
6.
Prinsip transfer dan retensi.
7.
Prinsip belajar kognitif.
8.
Prinsip belajar afektif.
9.
Prinsip belajar psikomotor.
10.
Prinsip evaluasi.
3.2 SARAN
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi untuk memahami
mengenai hakikat belajar, prinsip belajar, dan ciri-ciri
belajar. Kemudian dapat diimplementasikan pada saat proses belajar dan
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar