BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Latar belakang pembuatan makalah ini
adalah untuk melatih dan memotivasi para mahasiswa/I agar dapat membuat makalah
ini sesuai dengan aturan penulisan skripsi yang benar dan berguna untuk
menambah pengetahuan serta wawasan yang
luas, terutama tentang pencemaran udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan.
Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbohidrat (carbon dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika,
serta pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfera
Bumi
yang paling penting.
Hutan merupakan salah satu
sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi.
Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga
kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan
pengelolaan hutan yang tepat, dan kita semua perlu menjaga dan melestarikan
hutan jika hutan habis akibat kebakaran atau factor lainnya maka kita semua
akan sulit untuk mencari udara yang segar,
bernapas dengan sehat, dan hutan merupakan paru-paru dunia.
Akibat kebakaran hutan
sehingga terjadi emisi gas karbon dioksida ke atmosfir, selain itu pencemaran
udara juga disebabkan oleh emisi karbon monoksida yang dapat menyebabkan
turunnya berat janin dan kematian pada bayi serta kerusakan pada otak. Nitrogen
oksida setelah bereaksi dengan atmosfir dapat menembus dinding paru-paru. Emisi
hydro karbon dapat menyebabkan penyakit leukemia dan kangker.
B.
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa
penyebab dari kebakaran hutan?
2. Apa
yang menjadi dampak kebakaran hutan?
3. zat-zat
apa sajakah yang dapat menjadi
pencemaran udara?
4. Bagai
mana solusi penanganan pencemaran udara?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Agar kita mengetahui penyebab dari
kebakaran hutan
2.
Agar kita mengetahui apa saja yang
menjadi dampak kebakaran hutan
3.
Agar kita mengetahui zat-zat pencemaran
udara
4.
Agar kita mengetahui dan melaksanakan
penanganan pencemaran udara
BAB II
PEMBAHASAN
PENCEMARAN UDARA YANG DIAKIBATKAN KEBAKARAN HUTAN
A. SEJARAH KEBAKARAN HUTAN
Zaman dahulu, yaitu pada abad ke 15 dan 16, Portugis dan Belanda
mencatat adanya kebakaran besar yang terjadi di hutan alam dan lahan gambut di
Borneo. Kejadian ini juga disertai dengan kabut yang mencekik dan menyebar luas
sejauh lokasi Singapura saat ini. Bukti ilmiah berdasarkan pendataan karbon
radioaktif dari endapan kayu arang di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa
kawasan hutan dataran rendah telah berulang kali terbakar paling sedikit sejak
17.500 tahun yang lalu, selama beberapa periode kemarau yang berkepanjangan,
yang merupakan ciri utama periode Glasial Kuarter (Goldammer, 1990).
wilayah Kalimantan adalah
hutan, dan baru pada waktu belakangan ini mengalami deforestasi yang sangat
tinggi. Berbagai proses degradasi hutan dan deforestasi mengubah kawasan hutan
yang luas di Indonesia dari suatu ekosistem yang tahan kebakaran menjadi
ekosistem yang rentan terhadap kebakaran. Secara periodik pada tahun 1980 dan
1990-an, kebakaran berarti terjadi di kawasan ini. Tetapi para ahli setuju bahwa
kebakaran yang terjadi selama tahun 1997 – 1998 merupakan peristiwa yang paling
merusakkan disebabkan musim kering panjang akibat fenomena arus balik El-Nino
Southern Oscillation yang bertepatan pula dengan peristiwa perluasan
pembukaan lahan untuk hutan tanaman.
Kebakaran Tahun 1982-1983 merupakan
kebakaran hebat pertama yang merupakan akibat gabungan antara pengelolaan hutan
di era Soeharto dan fenomena iklim El Niño menghancurkan 210.000 km2 dari
wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur merupakan fokus pertama
ledakan produksi kayu Indonesia, dan hampir seluruh kawasan dibagi menjadi
kawasan HPH selama tahun 1970-an. Praktek kegiatan pembalakan di sini umumnya
buruk, meninggalkan akumulasi limbah pembalakan yang luar biasa di dalam hutan.
Banyak spesies pionir dan sekunder tumbuh
pesat di kawasan-kawasan yang telah dibalak, sehingga membentuk lapisan
vegetasi bawah yang padat dan mudah terbakar. Pembakaran lahan-lahan padang
rumput dan semak belukar secara sengaja menyebabkan api merembet masuk ke
perbatasan hutan yang dibalak yang terbakar dengan intensitas yang lebih besar.
Kebakaran akhirnya mencapai rawa gambut yang kering, dimana api terbakar di
bawah permukaan lama setelah pasokan bahan bakar di permukaan menjadi habis.
Pembakaran skala besar menghasilkan kabut yang tidak mudah hilang di seluruh
Sumatera dan Kalimantan selama setiap musim kemarau, tetapi umumnya kabut
lenyap pada bulan September ketika hujan lebat memadamkan kebakaran yang telah
terjadi. Namun kebakaran yang terjadi pada tahun 1997 tidak dapat dipadamkan
oleh hujan, kebakaran meningkat, dan menghasilkan kabut tebal dan menyebar
hingga ke negara-negara tetangga. Kabut akibat kebakaran ini mencapai Malaysia
dan Singapura pada bulan Juli, dan kualitas udara secara dramatis menjadi
memburuk pada bulan September.
B.
JUMLAH HUTAN
YANG TERBAKAR SETIAP TAHUN
·
Perancis: 21.100 hektar (211 km², 52.140 acres, 81 mile² ; 0,04% Perancis
·
Portugal:
o
1991 :
182.000 ha (1.820 km², 449.732 acres, 703 mile²; 2% wilayah negara)
o
2003 :
424.900 ha (4.249 km², 1,05 juta acres, 1.641 mile²; 4,6% wilayah negara; 20
meninggal)
o
2004 :
120.530 ha (1.205,3 km², 297.836 acres, 465 mile²; 1,3% wilayah negara)
o
2005:
286.400 ha (2.864 km², 707.668 acres, 1.106 mile²; 3.1% wilayah negara; 17
meninggal)
·
Amerika
Serikat: 1,74 juta hektare
(17.400 km², 4,3 juta acres, 6.718 mile²; 0,18% wilayah negara)
·
Indonesia - Sumber data: sebelum 1997 dari Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dan Canadian International Development Agency
(CIDA) - Collaborative Environmental Project in Indonesia (CEPI). Data
1997/1998 dari Asian Development Bank (ADB) . Data 1999-2005 berasal dari
Departemen Kehutanan Indonesia.
o 1982 dan 1983:
3,6 juta hektare ( 36.000 km², 8,9 juta acres, 13.900 mile²).
o 1987: 49.323 hektare ( 492 km², 121.880 acres, 190 mile²).
o 1991: 118.881 hektare (1.189 km², 293.761 acres, 459 mile²).
o 1994: 161.798 hektare (1.618 km², 399.812 acres, 625 mile²).
o 1997 dan 1998:
9,8 juta hektare ( 97.550 km², 24,1 juta acres, 37.664 mile²).
o 1999: 44.090 hektare (441 km², 108.989 acres, 170 mile² ).
o 2000: 8.255 hektare ( 83 km², 20.399 acres, 32 mile²).
o 2001: 14.351 hektare (144 km², 35.462 acres, 55 mile²).
o 2002: 36.691 hektare (367 km², 90.665 acres, 142 mile²).
o 2003: 3.745 hektare ( 37 km², 9.254 acres, 14 mile²).
o 2004: 13.991 hektare (140 km², 34.573 acres, 54 mile²).
o 2005: 13.328 hektare (133 km², 32.934 acres, 51 mile²).
C. PENYEBAB
KEBAKARRAN HUTAN
Penyebab
Kebakaran hutan, antara lain:
·
Sambaran
petir pada hutan
yang kering karena musim kemarau yang panjang.
·
Kecerobohan
manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
·
Aktivitas
vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
·
Tindakan
yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan
pertanian baru dan tindakan vandalisme.
·
Kebakaran
di bawah tanah/ground fire
pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat
musim kemaru.
D.
DAMPAK
KEBAKARAN HUTAN
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:
1.
Menyebarkan
emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton
karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan
total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6
miliar ton.
2.
Terbunuhnya
satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau
rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas
di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3.
Menyebabkan
banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim
kemarau.
4.
Kekeringan
yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai
dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
5.
Kekeringan
juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang
mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6.
Musnahnya
bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat
mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku
dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7.
Meningkatnya
jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker
paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan
anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita
TBC/asma.
8.
Asap
yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat
antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa
diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk
dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu
kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap
juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas
pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim
kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan.
Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya
jarak pandang.
9.
Musnahnya
bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.
E. ZAT-ZAT PENCEMAR UDARA
1.
EMISI KARBONMONOKSIDA(CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini . Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini . Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
2.
Nitrogen
Oksida(NOx)
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO+NO2).
1. Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
2. Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru.
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO+NO2).
1. Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
2. Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru.
3.SOx(SulfurOxide:SO2,SO3)
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk darireaksi:
S+O2=SO2
SO2+1/2O2=SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkanoleh WHO.
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk darireaksi:
S+O2=SO2
SO2+1/2O2=SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkanoleh WHO.
4.
Emisi
Hydro Carbon (HC)
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
5.
PartikulatMatter(PM)
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.
F.
SOLUSI
PENANGANAN PENCEMARAN
Tiga hal yang dapat dilakukan dalam pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu :
Tiga hal yang dapat dilakukan dalam pelestarian, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu :
a.
Tindakan Secara Administratif
Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah,dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang. Antara lain peraturan
pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan presiden
tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup ( UULH ). Sebelum membangun pabrik atau proyek lainnya, para pengembang diharuskan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan ( AMDAL ).Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan kepada pengelolaan santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya. Pemerintah juga mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang ditetapkan untuk menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan berkelanjutan sehingga di harapkan pembangunan dapat berlangsung lestari dengan mempertahankan fungsi lingkungan lestari.
Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah,dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang. Antara lain peraturan
pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan presiden
tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup ( UULH ). Sebelum membangun pabrik atau proyek lainnya, para pengembang diharuskan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan ( AMDAL ).Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan kepada pengelolaan santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya. Pemerintah juga mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang ditetapkan untuk menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan berkelanjutan sehingga di harapkan pembangunan dapat berlangsung lestari dengan mempertahankan fungsi lingkungan lestari.
b.
Tindakan dengan MenggunakanTeknologi
Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit
pengolahan limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan mikroba maka disebut pengolahan secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai limbah.
Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit
pengolahan limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan mikroba maka disebut pengolahan secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai limbah.
c. Tindakan Melalui
Edukatif/Pendidikan
Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan
penyuluhan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
kelestarian alam. Cth: membuka lahan pertanian tanpa menggunakan pembakaran lahan/hutan.
Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan
penyuluhan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
kelestarian alam. Cth: membuka lahan pertanian tanpa menggunakan pembakaran lahan/hutan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan, bahwa alam
dan hutan serta tanah air kita perlu dijaga karena hutan merupakan sebagai
paru-paru dunia, dan itu semua sangat dibutuhkan kita semua. Jika hutan tidak
dijaga dan dilestarikan maka akan terjadi kebakaran hutan yang dapat
menyebabkan pencemaran udara sehinggaa dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti: penyakit asma, paru-paru, batuk, pilek, kerusakan pada otak
dan menurunnya berat janin serta meningkat angka kematian pada bayi, maka hutan
kita perlu dijaga demi kesehatan kita dan agar kita masih bisa menghirup udara
bebas.
B.
SARAN
Saran dari penulis, semoga makalah
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat menambah informasi para
pembaca. Semoga dengan adanya ulasan tentang kebakaran hutan yang menyebabkan
pencemaran udara sehingga kita semua menyadari betapa pentingnya udara bagi
kesehatan manusia serta dapat tetap menjaga kelestarian hutan yang masih ada.
DAFTAR
PUSTAKA
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-udara.html
Kliping Kebakaran Lahan dan Hutan, i-library.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebakaran_liar
http://koran-sn.blogspot.com/2011/10/muba-dominasi-kebakaran-hutan.html
http://lindungilahsatwa.blogspot.com/2008/11/kebakaran-hutan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar