TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Teori Kognitivisme
mengacu pada wacana
psikologi kognitif, dan
berupaya Tmenganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan
atau cognition dalam
aktifitas belajar. Cognition diartikan
sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan
menggunakan pengetahuan (Lefrancois, 1985). Tekanan
utama psikologi kognitif
adalah struktur kognitif,
yaitu perbendaharaan
pengetahuan pribadi individu
yang mencakup ingatan
jangka panjang (long-term memory).
Psikologi kognitif memandang
manusia sebagai makhluk yang
selalu aktif mencari
dan menyeleksi informasi
untuk diproses. Perhatian utama
psikologi kognitif adalah pada upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menyimpan
informasi. Belajar kognitif berlangsung
berdasar skemata atau
struktur mental individu
yang mengorganisasikan hasil pengamatannya.
1)
Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini dikemukakan
oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta
mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan.
Individu bereaksi pada
lingkungan melalui upaya mengasimilasikan berbagai informasi ke dalam struktur
kognitifnya. Dalam proses asimilasi tersebut, perilaku individu diperintah
struktur kognitifnya. Waktu mengakomodasi lingkungan, struktur kognitif diubah
lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke
perbendaharaan informasi yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian
menggantikannya dengan informasi terbaru. Individu mengorganisasikan makna
informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory).
Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai
struktur kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah coding yang
mengadung segi-segi intelek yang mengatur atau memerintah perilaku individu;
perubahan perilaku mendasari penetapan tahap-tahap perkembangan kognitif.
Tiap tahapan
perkembangan menggambarkan isi struktur kognitif yang khas sesuai perbedaan
antar tahapan.
Pada bagian berikut
dirangkum garis besar tahapan perkembangan kognitif versi Piaget:
1.
Sensorimotor inteligence (lahir
s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik.
Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat
diamati
2.
Preoperation thought (2-7
tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep.
Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
3.
Concrete Operation (7-11
tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah
konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas
4.
Formal Operations (11-15
tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu
memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta
mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat,
berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak
dalam/melalui bahasa.
2)
Teori Kognisi Sosial
Teori ini dikembangkan
oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan penting
dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu
berkembang dalam konteks budaya, sehingga proses belajar individu dipengaruhi
oleh lingkungan utama budaya keluarga. Budaya lingkungan individu
membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir. Konsep dasar teori ini diringkas
sebagai berikut:
1. Budaya
memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu
melalui (i) budaya dan (ii) lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi
pikiran (pengetahuan) individu diperoleh seseorang, dan melalui lingkungan
budaya sarana adaptasi intelektual bagi individu berupa proses dan sarana
berpikir bagi individu dapat tersedia.
2. Perkembangan
kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses percakapan) dengan cara
berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain, terutama
orangtua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya.
3. Awalnya
orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing
pemecahan masalah; lambat-laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh
individu yang bersangkutan.
4. Bahasa
adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk menyalurkan sebagian besar
perbendaharaan pengetahuan yang hidup dalam budayanya.
5. Seraya
bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana primer adaptasi
intelektual; ia berbahasa batiniah (internal language) untuk
mengendalikan perilaku.
6. Internalisasi
merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan pengetahuan dan alat berpikir
adalah hal yang pertama kali hadir ke kehidupan individu melalui bahasa.
7. Terjadi
zone of proximal development atau kesenjangan antara yang sanggup
dilakukan individu sendiri dengan yang dapat dilakukan dengan bantuan orang
dewasa.
8. Karena
apa yang dipelajari individu berasal dari budaya dan banyak di antara pemecahan
masalahanya ditopang orang dewasa, maka pendidikan hendaknya tidak berpusat
pada individu dalam isolasi dari budayanya.
9. Interaksi
dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orangtua,
saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat memberi
sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.
Konsep zone of proximal development merujuk
pada zona yang mana individu memerlukan bimbingan guna melanjutkan belajarnya.
Perlu identifikasi zona itu dan memastikan tuntutan pembelajaran tidak
melampaui atau lebih rendah dari kapasitas belajar individu. Dalam pembelajaran
ada scaffolding (contingent teaching), yaitu pendekatan
pembelajaran yang bertitik tolak dari pemahaman dan kecakapan peserta didik
saat ini. Pendekatan ini menghasilkan balikan (feedback) segera serta
memacu peserta didik menguasai kecakapan pemecahan masalah secara mandiri.
3)
Teori Pemrosesan Informasi
Berdasarkan temuan
riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model
berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan cara individu
memanipulasi simbol dan memproses informasi.
Model belajar
pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1.
Sensory
atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam
sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2.
Working memory:
pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat
terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi
secara serempak.
3.
Long-term memory,
yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung
seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa
sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnysa.
Hal ini dimungkinkan
karena hasil penelitian psikologis membuktikan bahwa pada saat belajar di dalam
diri individu berlangsung proses mengkonstruksi pengetahuan baru yang sedang
dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar