Selasa, 24 Juni 2014

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan  bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada. Nik Azis Nik Pa (1999) dalam Sharifah Maimunah (2001:8) menjelaskan tentang konstruktivisme dalam belajar seperti dikutip berikut ini.


Konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahawa manusia membina pengetahuan sendiri. Ini bermakna bahawa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil daripada aktiviti yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif daripada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya, setiap insan membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya secara terpilih.


Pendapat Nik Azis Nik Pa seperti dikutip di atas menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik menjadi syarat utama dalam pembelajaran konstruktivisme. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Terjadinya pergeseran peranan guru dalam pembelajaran konstruktivisme tentunya membawa dampak tertentu, misalnya guru merasa beban mengajarnya menjadi ringan karena membiarkan peserta didik untuk belajar sendiri. Hal ini tidak perlu terjadi karena perspektif konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah menitikberatkan pada pengalaman pendidikan yang dirancang untuk membantu peserta didik menguasai ilmu pengetahuan. Peserta didik didorong agar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya akan memainkan peranan sebagai pembimbing atau fasilitator dalam memperkembangkan pengetahuan yang telah ada dalam diri peserta didik.
Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam teori belajar konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Teori belajar behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai sebelumnya. Sedangkan teori belajar konstruktivisme berangkat dari asumsi bahwa peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuan yang baru berdasarkan pengatahuan yang telah dikuasainya sebelumnya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a.       memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
b.      memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
c.       memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru,
d.      memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik,
e.       mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
f.       menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih didorong untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut