TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran
didasari oleh kenyataan bahwa tiap
individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau
pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa
pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan
peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan
pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan
mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah
ada. Nik Azis Nik Pa (1999) dalam Sharifah Maimunah (2001:8) menjelaskan
tentang konstruktivisme dalam belajar seperti dikutip berikut ini.
Konstruktivisme adalah tidak lebih
daripada satu komitmen terhadap pandangan bahawa manusia membina pengetahuan
sendiri. Ini bermakna bahawa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang
individu adalah hasil daripada aktiviti yang dilakukan oleh individu tersebut,
dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif daripada
luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu
kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya, setiap insan membentuk
pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya
secara terpilih.
Pendapat Nik Azis Nik Pa seperti dikutip di atas
menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik menjadi syarat utama dalam
pembelajaran konstruktivisme. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau
pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri
informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan
mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran
konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan
belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Terjadinya pergeseran peranan guru dalam
pembelajaran konstruktivisme tentunya membawa dampak tertentu, misalnya guru
merasa beban mengajarnya menjadi ringan karena membiarkan peserta didik untuk
belajar sendiri. Hal ini tidak perlu terjadi karena perspektif konstruktivisme
dalam pembelajaran di sekolah menitikberatkan pada pengalaman pendidikan yang
dirancang untuk membantu peserta didik menguasai ilmu pengetahuan. Peserta
didik didorong agar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru hanya akan memainkan peranan sebagai pembimbing atau fasilitator
dalam memperkembangkan pengetahuan yang telah ada dalam diri peserta didik.
Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam
teori belajar konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar
behaviorisme dan kognitivisme. Teori belajar behaviorisme lebih memperhatikan
tingkah laku yang teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan
tingkah laku dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari
peserta didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah
dikuasai sebelumnya. Sedangkan teori belajar konstruktivisme berangkat dari asumsi
bahwa peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuan yang baru
berdasarkan pengatahuan yang telah dikuasainya sebelumnya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar
konstruktivisme, Tytler (1996:20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan
dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a.
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
b.
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan
imajinatif,
c.
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mencoba gagasan baru,
d.
memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik,
e.
mendorong peserta didik untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka, dan
f.
menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih
didorong untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan
asimilasi dan akomodasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar