B A B I
P E N D A H U L U A N
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan
reproduksi (perkembangbiakan) merupakan salah satu ciri yang melekat dalam diri
organisme yang hidup. Pada dasarnya dalam reproduksi terkandung prinsip
“pertambahan jumlah”. Dimana reproduksi berperan besar dalam mempertahankan
suatu spesies agar tetap ada di permukaan bumi dan tidak punah. Sebaliknya,
adanya kesulitan atau hambatan dalam hal reproduksi akan menyebabkan
“penyusutan jumlah” organisme dan dalam jangka panjang akan menimbulkan
kepunahan. Tumbuhan dan hewan yang punah saat ini, sebagian besar mengalami
masalah dalam reproduksi atau hambatan dalam mempertahankan diri mereka dari
faktor-faktor ekstrinsik yang kurang menguntungkan. Makalah ini akan
menjabarkan mengenai reproduksi seksual (secara kawin) pada tumbuhan.
Pembahasan akan ditekankan pada reproduksi seksual tumbuhan yang tentu
berkaitan dengan organ reproduksi tumbuhan, perkembangan gametofit, fertilisasi
dan sekilas tentang biji sebagai embrio tumbuhan
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini akan dibahas berbagai permasalahan terkait reproduksi seksual pada
tumbuhan, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah siklus hidup tumbuhan?
2. Bagaimanakah proses perkembangan organ reproduksi pada
tumbuhan?
3. Bagaimanakah proses perkembangan gametofit pada tumbuhan?
4. Bagaimanakah proses fertilisasi (penyerbukan) pada
tumbuhan?
5.
Bagaimanakah perkembangan bakal biji menjadi biji yang mengandung embrio dan
cadangan makanan?
C.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan agar :
1. Mahasiswa memahami tentang siklus hidup tumbuhan.
2.
Mahasiswa memahami tentang proses perkembangan organ reproduksi pada tumbuhan.
3.
Mahasiswa mengetahui tentang perkembangan gametofit pada tumbuhan.
4.
Mahasiswa mengerti tentang proses fertilisasi (penyerbukan) pada tumbuhan.
5.
Mahasiswa memahami dengan baik mengenai perkembanan bakal biji menjadi biji
yang mengandung embrio dan cadangan makanana pada tumbuhan.
B A B II
P E M B A H A S AN
P E M B A H A S AN
A. Siklus hidup tumbuhan
Pada
perkembangbiakan seksual diperlukan dua sel kelamin (gamet) yang berbeda jenisnya
dimana terdapat perbedaan morfologi seperti sel telur (ovum) dan sel kelamin
jantan (sperma). Perbedaan morfologi ini juga mencakup perbedaan jumlah dan
ukuran, seperti pada spermatozoa, jumlah lebih banyak dan ukurannya lebih kecil
di bandingkan dengan sel telur (ovum). Pada tumbuhan biji (spermatophyta),
perkembangbiakan seksual dilakukan dengan biji sebagai hasil pembuahan sel
telur oleh sperma. Peristiwa pembuahan ini sebelumnya didahului oleh peristiwa
penyerbukan dimana jatuhnya/ melekatnya serbuk sari pada kepala putik. Berikut
ini pembahasan pada reproduksi dan perkembangan pada tumbuhan berbunga.
Siklus
hidup angiospermae dan tumbuhan lain ditandai oleh pergiliran generasi
(alternation of generations), dimana generasi haploid (n) dan diploid (2n)
bergiliran saling menghasilkan satu sama lain. Tumbuhan diploid disebut juga
sebagai sporofit, menghasilkan spora haploid melalui meiosis. Spora membelah
melalui mitosis sehingga menjadi gametofit jantan dan betina, yang merupakan
generasi haploid. Mitosis dalam gametofit menghasilkan gamet—sel sperma dan sel
telur. Fertilisasi menghasilkan zigot diploid, yang membelah melalui mitosis
dan membentuk sporofit baru. Pada angiosperma, sporofit adalah tumbuhan yang
paling dominan dalam artinya bahwa angiosperma adalah yang paling telihat jelas
oleh mata kita. Gametofit menjadi tereduksi selama evolusi menjadi
struktur-struktur kecil yang secara keseluruhan terkandung di dalam dan
bergantung pada induk sporofitnya. Prosesnya sebagai berikut: Didalam ovarium
bunga, sel telur pada suatu bakal biji dibuahi oleh sebuah sel sperma yang
dibebaskan dari suatu tabung serbuk sari. Sel telur tersebut merupakan bagian
dari kandtung embrio yang merupakan gametofit betina, dan serbuk sari yang
mengandung sel sperma adalah gamerofit jantan. Setelah fertilisasi, bakal biji
yang dewasa menjadi biji yang mengandung embrio, dan ovarium berkembang menjadi
buah, yang membantu penyebaran biji. Dalam habitat yang cocok biji itu akan
berkecambah, embrionya berkembang menjadi benih.
B.
Perkembangan Organ Reproduksi
Seperti
halnya pada manusia dan hewan yang masing-masing memiliki organ reproduksi,
bungan juga memiliki organ reproduksi. Organ reproduksi betina berupa ovarium
terdapat dalam pangkal putik sedangkan organ reproduksi jantan berupa temapt
pembentukan sperma terdapat di dalam kantung serbuk sari (sporangium). Namun
sebelumnya perlu diketahui apa saja bagian-bagian pada bunga. Organ bunga
berurutan dari bagian luar ke bagian dalam bunga, adalah kelopak bunga (sepal),
mahkota bunga (petal), benang sari (stamen), dan putik (carpel). Benang sari
dan putik bunga mengandung sporangia yang secara berturut-turut adalah ruangan
tempat berkembangnya gametofit jantan dan betina. Gametofit jantan adalah
serbuk sari yang mengandung sel sperma, yang terbentuk di dalam ruang kepala
sari (anther) pada ujung serbuk sari. Gametofit betina adlah struktur
mengandung sel telur yang diosebut kantung embrio. Kantung embrio berkembang
didalam struktur yang disebut bakal biji (ovule), yang terbungkus oleh ovarium
(bagian pangkal putik). Dengan demikian, benang sari dan putik adalah organ
reproduktif bunga, sementara kelopak bunga dan mahkota bunga adalah organ
non-reproduktif. Evolusi bunga selama lebih dari 130 juta tahun telah membawa
perubahan pada angiospermae. Hal ini ditandai dengan tereduksinya satu atau
lebih organ dasar bunga-kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.
Para ahli biologi tumbuhan telah membedakan bunga-bunga tersebut menjadi bunga
lengkap (complete flower), yaitu bunga yang memiliki semua keempat organ dasar
bunga tersebut, dan bunga tak lengkap (incomplete flower), adalah bunga yang
tidak memiliki sari atau lebih dari keempat organ bunga tadi. Lalu bunga yang
dilengkapi dengan benang sari dan putik disebut bunga sempurna (perfect
flower), meskipun bunga tersebut tidak memiliki kelopak bunga ataupun mahkota
bunga. Bunga tak sempurna (imperfect flower) adalah bunga tak lengkap yang
tidak memiliki kepala sari atau putik. Bunga uniseksual ini disebut juga
staminat (bunga jantan) atau karpelat (bunga betina). Jika bunga staminat dan karpelat terdapat pada
individu tumbuhan yang sama, maka spesies tumbuhan ini disebut berumah satu
(monoecious), contohnya jagung, bagian yang disebut “tongkol (ear)” sebenarnya
berupa kumpulan bunga karpelat, sedangkan malai jagung terdiri atas bunga
staminat. Sebaliknya, suatu spesies berumah dua (dioecious) memiliki bunga
staminat dan karpelat pada tumbuhan yang berlainan, contohnya palem berbiji dan
kurma.
Perbedaan-perbedaan lainnya pada bunga juga didasarkan pada ukuran, bentuk dan warna yang beraneka ragam. Hal ini menggambarkan adaptasi bunga terhadap penyerbuk (polinator) yang berlainan. Selanjutnya peristiwa penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang lepas dari kepala sari dan dibawa angin atau hewan, mendarat di kepala putik yang lengket yang terletak di ujung kepala putik (meskipun tidak selalu pada tumbuhan yang sama). Tabung serbuk sari tumbuh ke bagian bawah karpel dan menuangkan sel-sel sperma ke dalam kantung embrio sehingga menyebabkan terjadinya pembuahan sel. Masing-masing zigot akan menjadi embrio, dan saat embrio tumbuh, bakal biji berkembang menjadi biji. Ovarium seluruhnya akan berkembang menjadi buah yang mengandung satu atau lebih biji, hal ini tergantung spesiesnya. Buah yang terbawa angin atau hewan akan membantu tersebarnya biji ini ke tempat-tempat yang jaraknya jauh dari tempat asalnya. Jika biji ini jatuh pada tempat yang cukup lembab, bji tersebut akan berkecambah: artinya embrio-embrio benih mulai tumbuh menjadi benih-benih, suatu generasi baru sporofit-berbunga.
Perbedaan-perbedaan lainnya pada bunga juga didasarkan pada ukuran, bentuk dan warna yang beraneka ragam. Hal ini menggambarkan adaptasi bunga terhadap penyerbuk (polinator) yang berlainan. Selanjutnya peristiwa penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang lepas dari kepala sari dan dibawa angin atau hewan, mendarat di kepala putik yang lengket yang terletak di ujung kepala putik (meskipun tidak selalu pada tumbuhan yang sama). Tabung serbuk sari tumbuh ke bagian bawah karpel dan menuangkan sel-sel sperma ke dalam kantung embrio sehingga menyebabkan terjadinya pembuahan sel. Masing-masing zigot akan menjadi embrio, dan saat embrio tumbuh, bakal biji berkembang menjadi biji. Ovarium seluruhnya akan berkembang menjadi buah yang mengandung satu atau lebih biji, hal ini tergantung spesiesnya. Buah yang terbawa angin atau hewan akan membantu tersebarnya biji ini ke tempat-tempat yang jaraknya jauh dari tempat asalnya. Jika biji ini jatuh pada tempat yang cukup lembab, bji tersebut akan berkecambah: artinya embrio-embrio benih mulai tumbuh menjadi benih-benih, suatu generasi baru sporofit-berbunga.
C.
Perkembangan Gametofit Tumbuhan
1. Perkembangan
Gametofit Jantan (Polen atau Serbuk Sari)
Di dalam
sporangia (kantung polen) kepala sari, sel-sel diploid yang disebut
mikroporosit mengalami meiosis, yang masing-masing membentuk empat mikrospora
haploid . Masing-masing mikrospora akhirnya membelah sekali lagi melalui
mitosis dan menghasilkan dua sel, yakni sel generatif dan sel tabung. Struktur
bersel dua ini terbungkus dalam dinding tebal dan resisten yang terpahat pola
rumit yang unik bagi spesies tumbuhan tertentu. Bersama-sama, kedua sel itu dan
dindingnya membentuk sebuah butiran serbuk sari, atau gametofit jantan yang
belum dewasa.
2. Perkembangan Gametofit Betina (Kantung
Embrio)
Bakal
biji, yang masing-masing mengandung sebuah sporangium, terbentuk di dalam
ruangan ovarium. Satu sel di dalam sprorangium masing-masing bakal biji,
megasporosit, tumbuh dan kemudian mengalami meiosis, menghasilkan empat
megaspora haploid . Pada banyak angiosperma, hanya satu megaspora yang mampu
bertahan hidup. Megaspora ini terus tumbuh, dan nukleusnya membelah mealui
mitosis sebanyak tiga kali, menghasilkan satu sel besar dengan delapan nukleus
haploid. Membran kemudian membagi massa ini menjadi struktur multiseluler yang
disebut kantung embrio (embryo sac), yang tak lain adalah gametofit betina.
Pada salah satu ujung kantung embrio itu terdapat tiga sel: sel telur, atau
gamet betina, dan dua sel yang disebut sinergid yang mengapit telur. Pada ujung
yang berlawanan terdapat tiga sel antipodal. Kedua nukleus lainnya disebut
nukleus polar, tidak dibagi ke dalam sel-sel terpisah akan tetapi berbagi
sitoplasma sel pusat yang besar pada kantung embrio tersebut. Bakal biji
sekarang terdiri dari kantung embrio (gametofit betina) dan integumen, lapisan
pelindung jaringan sporofit yang terletak di sekitar kantung embrio.
D.
Penyerbukan: Penyatuan Gametofit Jantan
dan Betina
Supaya sel
telur dapat dibuahi, gametofit jantan dan betina harus bertemu dan menyatukan
gametnya yaitu melalui polinasi
(polination atau penyerbukan), penempatan serbuk sari ke atas kepala putik.
Beberapa tumbuhan, termasuk rumput dan banyak pohon, menggunakan angin sebagai
alat penyerbuk atau polinator, dengan cara membebaskan serbuk sari yang sangat
kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Namun demikian, banyak angiosperma tidak
mengandalkan tiupan angin yang tidak mempunyai tujuan untuk membawa serbuk
sarinya melainkan berinteraksi dengan hewan yang memindahkan serbuk sari secara
langsung dari bunga ke bunga.
Beberapa
bunga melakukan penyerbukan sendiri, tetapi sebagian besar angiosperma memiliki
mekanisme yang membuat sulit atau tidak mungkin bagi suatu bunga untuk menyerbuki
dirinya sendiri. Berbagai rintangan yang menghalangi penyerbukan sendiri
memberikan sumbangan terhadap keragaman genetik dengan cara menjamin sel telur
dan sel sperma berasal dari induk yang berbeda-beda. Tumbuhan-tumbuhan berumah
dua, tentunya, tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri karena mereka adalah
bunga uniseksual, hanya staminat atau karpelat. Pada beberapa bunga sempurna.
benang sari dan putik akan mencapai kedewasaan pada waktu yang berbeda. Banyak
bunga dipolinasi oleh hewan secara struktural tersusun sedemikian rupa sehingga
tidak mungkin polinator atau penyerbuk dapat memindahkan serbuk sari dari
kepala sari ke kepala putik pada bunga yang sama. Bunga lain adalah bunga yang
self-incompatible¸ jika butiran sebuk sri berasal dari kepala sari ternyata
mendarat pada kepala putik bunga pada tumbuhan yang sama, suatu hambatan
biokimiawi akan menghalangi serbuk sari itu untuk menyelesaikan perkembangannya
dan membuahi sebuah sel telur.
1.
Mekanisme Molekuler Inkompabilitas-sendiri (self-incompatibility)
Inkompabilitas-sendiri
(self-incompatibility) adalah kemampuan yang dimiliki oleh bunga dari beberapa spesies untuk
menolak serbuk sarinya sendiri
dan serbuk sari dari individu
kerabat dekatnya. Respon tumbuhan ini analog dengan respon kekebalan hewan,
dalam pengertian bahwa keduanya didasarkan pada kemampuan organisme tersebut
untuk membedakan sel “diri sendiri” dari sel yang “bukan diri sendiri”.
Perbedaan pokoknya adalah bahwa sistem kekebalan hewan menolak yang bukan
berasal dari dirinya sendiri, seperti ketika system itu bertahan terhadap
patogen atau berupaya menolak organ yang dicangkokkan. Self-incompability pada
tumbuhan, sebaliknya, yaitu penolakan sel diri sendiri.
Pengenalan serbuk sari “sendiri”
didasarkan pada apa yang disebut gen S, untuk self-incompability. Pada suatu
populasi tumbuhan tertentu, sebanyak 50 alel yang berbeda bisa ditemukan pada
lokus S. Jika suatu butiran serbuk sari dan kepala putik di mana sebuk sari
tersebut akan mendarat memiliki alel yang sesuai dengan lokus S, serbuk sari
itu akan gagal memulai atau menyelesaikan pembentukan suatu tabung serbuk sari,
dengan demikian tidak ada pembuhan yang terjadi. Sebuk sari adalah haploid, dan
serbuk sari akan dikenali sebagai “self atau diri sendiri” pada satu alel S-nya
sesuai dengan salah satu dari dua alel S kepala putik tersebut, yang diploid .
Pada
beberapa kasus penghambatan terjadi pada serbuk sari itu sendiri; inilah yang
disebut inkompabilitas sendiri gametofitik, karena serbuk sari adalah suatu
gametofit. Contohnya pada beberapa anggota famili tembakau, mawar dan
polong-polongan (legum), pengenalan diri sendiri akan mengakibatkan kerusakan
RNA secara enzimatik di dalam tabung serbuk sari yang belum sempurna. Enzim
penghidrolisis RNA, atau RNAase, ada dalam tangkai putik, akan tetapi nyatanya
RNA dapat memasuki tabung serbuk sari itu dan menghidrolisis RNA-nya hanya jika
serbuk sari itu dari jenis “diri” sendiri. Pada kasus lain, hambatan itu
merupakan suatu respon yang diberikan oleh sel-sel dari kepala putik; inilah
yang disebut inkompabilitas sendiri sporofitik, karena putik adalah bagian dari
sporofit. Pada anggota famili kubis-kubisan, misalnya pengenalan diri-sendiri
mengaktifkan suatu jalur transduksi sinyal pada sel-sel epidermal dari kepala
putik yang mencegah perkecambahan serbuk sari.
Namun
banyak tumbuhan yang penting dalam pertanian adalah tumbuhan yang
self-compatible sehingga para pemulia tanaman saat ini harus mencegah pembuahan
sendiri dengan cara membuang kepala sari dari tumbuhan induk yang menghasilkan
biji. Hal ini bertujuan agar hibridisasi antara varietas tanaman yang berbeda
dapat digabungkan sifat-sifat terbaik dari varietas-varietas tersebut dan
melawan hilangnya daya tahan tumbuhan yang dapat disebabkan oleh inbreeding
(perkawinan kerabat dekat) yang berlebihan.
2. Fertilisasi Ganda Menghasilkan Zigot dan
Endosperm
Suatu
serbuk sari menghasilkan suatu saluran yang memanjang terus ke bawah di antara
sel-sel tangkai putik menuju ovarium. Sel yang generatif ini membelah diri
melalui mitosis dan membentuk dua sel sperma, gamet jantan. Butiran serbuk
sari, sekatang dengan sebuah tabung yang mengandung dua sperma, adalah
gametofit jantan dewasa. Dengan diatur oleh suatu atraktan kimia, yang kemungkinan
adalah kalsium, ujung tabung serbuk sari itu memasuki ovarium, terus menerus
melalui mikropil (suatu celah dalam integumen), dan membebaskan kedua sel
spermanya di dalam kantung embrio. Satu sel sperma membuahi telur untuk
membentuk zigot, yang lainnya menyatu dengan kedua nukleus polar untuk
membentuk suatu nukleus triploid (3n) pada pertengahan sel pusat yang besar
pada kantung embrio. Sel besar ini menghasilkan endosperma, suatu jaringan
penyimpan-makanan. Penyatuan dua sel sperma dengan sel-sel berbeda dalam
kantung embrio disebut dengan pembuahan ganda (double fertilization). Pembuahan
ganda menjamin endosperm hanya akan berkembang pada bakal biji dimana sel telur
telah dibuahi, dengan demikian mencegah angiospermae menghamburkan makanannya.
Setelah fertilisasi ganda, bakal biji tersebut akan berkembang menjadi biji,
dan ovarium akan berkembang menjadi buah yang membungkus biji tersebut (atau
beberapa biji, bergantung pada spesies).
E. Perkembangan Bakal Biji Menjadi Biji yang
Mengandung Embrio dan Cadangan Makanan
1.
Perkembangan Endosperma
Perkembangan
endosperma umumnya dimulai sebelum perkembangan embrio. Setelah pembuahan
ganda, nukleus triploid dari sel-tengah bakal biji tersebut akan membelah diri,
membentuk suatu “supersel” berinti majemuk yang memiliki kekentalan seperti
susu. Massa ini, endosperma, akan menjadi multiseluler dan lebih padat ketika
sitokinesis membentuk membran dan dinding di antara nukleus-nukleus tersebut.
Endosperma
tersebut kaya akan zat-zat makanan, yang disediakan oleh endosperma bagi embrio
yang sedang berkembang. Pada sebagian besar monokotil, endosperma juga menumpuk
zat-zat makanan yang dapat digunakan oleh biji setelah perkecambahan. Pada
banyak dikotil, cadangan makanan endosperm diangkut ke kotiledon (keping biji)
sebelum biji itu menyelesaikan perkembangannya, dan sebagai akibatnya biji
dewasa itu tidak mengandung endosperma.
2.
Perkembangan Embrio
Pembelahan
embrio pertama yang dilakukan oleh zigot adalah transversal, yang membagi sel
telur yang telah dibuahi itu menjadi sebuah sel basal dan sebuah sel terminal
Sel terminal akhirnya akan membentuk sebagian besar embrio itu. Sel basal akan
terus membelah diri secara transversal, menghasilkan suatu benang sel-sel yang
disebut suspensor (penggantung), yang akan menjaga agar embrio tetap berada di
integumen bakal-biji dan memindahkan zat-zat makanan ke embrio tersebut dari
tumbuhan induk dan, pada beberapa tumbuhan, dari endospermanya. Sementara itu,
sel terminal akan membelah diri beberapa kali dan membentuk suatu proembrio
yang berbantuk bola yang bertaut dengan suspensor tadi. Kotiledon, atau keping
biji, mulai terbentuk sebagai benjolan pada proembrio tersebut. Dikotil, dengan
kedua kotiledonnya, berbentuk seperti jantung pada tahap ini. Hanya satu kotiledon
saja yang berkembang pada monokotil.
Segera
setelah kotiledon-kotiledon yang belum sempurna ini muncul, embrio akan
memanjang. Di antara kotiledon terdapat meristem apikal dari tunas embrionik.
Ada ujung berlawanan dari sumbu embrio tersebut, di mana suspensor akan
bertaut, terdapat ujung dari akar embrionik, juga dengan sebuah meristem.
Setelah biji berkecambah, meristem apikal yang terletak pada ujung tunas dan
akar akan menyokong pertumbuhan primer selama tumbuhan itu hidup. Ketiga
meristem primer—protoderm, meristem dasar, dan prokambium—juga ada pada embrio.
Dengan demikian, perkembangan embrio menghasilkan dua ciri bentuk tumbuhan;
sumbu akar-tunas, dengan meristem pada ujung yang berlawanan; dan pola radial
protoderm, meristem dasar, dan prokambium, kumpulan yang akan menyebabkan
munculnya ketiga sistem jaringan (jaringan dermal, jaringan dasar, dan jaringan
pembuluh). Sementara embrio berkembang, biji akan menumpuk protein, minyak,
pati dan menahan zat-zat makanan ini dalam tempat penyimpanan sampai biji
tersebut berkecambah.
3. Struktur Biji Dewasa
Dalam
tahap pematangannya, biji akan mengalami dehidrasi samapi kandungan airnya
hanya sekitar 5% hingga 15% dari bobotnya. Embrio tersebut akan berhenti
bertumbuh kembang sampai biji berkecambah. Embrio dikelilingi oleh kotiledonnya
yang sudah membesar, oleh endosperma, atau oleh keduanya. Embrio dan persediaan
makanannya terbungkus oleh suatu selaput biji (seed coat) yang terbentuk dari
integumen bakal-biji, nenek moyang biji. Dengan membuka biji kacang, akan
terlihat lebih jelas jenis biji-dikotil. Pada tahapan ini, embrio merupakan
suatu struktur memanjang, sumbu embrioniknya, bertaut pada kotiledon berdaging.
Di bawah titik di mana kotiledon bertaut, sumbu embrionik itu disebut
hipokotil. Hipokotil berakhir pada radikula (radicle) atau akar embrionik. Bagian
sumbu embrionik di atas kotiledon adalah epikotil. Pada ujungnya terdapat
plumula, yang terdiri dari ujung tunas dengan sepasang daun miniatur. Kotiledon
kacang berdaging sebelum biji itu berkecambah karena kotiledon menyerap makanan
dari endosperma ketika biji berkembang. Namun demikian, biji beberapa dikotil,
seprti biji jarak, memeprtahankan persediaan makanannya dalam endosperma dan
memiliki kotiledon yang sangat tipis. Kotiledon itu akan menyerap zat-zat
makanan dari endosperma dan memindahkannya ke embrio ketika biji itu mulai
berkecambah. Biji monokotil memiliki sebuah kotiledon. Anggota famili
rumput-rumputan, yang meliputi jagung dan gandum, memiliki jenis kotiledon
khusus yang disebut skuletum. Skuletum itu sangat tipis, dengan luas permukaan
yang sangat besar yang ditekankan ke arah endosperma, di mana dari endosperma
ini skuletum akan menyerap zat-zat makanan selama perkecambahan. Embrio dari
suatu biji rumpur-rumputan erbunkgus oleh lapisan pembungkus yang terdiri dari
koleorhiza, yang menutupi akar, dan koleoptil, yang menyelubungi tunas
embrionik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Reproduksi
merupakan langkah perkembangan penting dalam siklus hidup tanaman yang lebih
tinggi, untuk memungkinkan gen induk akan diturunkan kegenerasi berikutnya.
Generasi sporofit dan gametofit
bergiliran dalam siklus hidup tumbuhan. Gametofit jantan berkembang dalam
kepala sari dan gametofit betina didalam ovarium.
Perkembangan gamet tumbuhan terjadi
pada gamet jantan dan gamet betina.
Proses penyerbukan ialah penyatuan
gamet jantan dan betina. Pada fertilisasi ganda menyatukan gametofit jantan dan
betina.
Bakal biji berkembang menjadi biji
yang mengandung embrio dan persediaan makanan.
B.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini semuanya disusun secara sistematis baik dari pengertian,rumusan masalah, dan tujuan penulisan. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun supaya kedepan semuanya sudah mampu menggunakan pengetahuan yang lebih dari ini sebagai langkah untuk menciptakan pengetahuan yang lebih luas lagi . Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi semua pembaca. Amin
Dalam pembuatan makalah ini semuanya disusun secara sistematis baik dari pengertian,rumusan masalah, dan tujuan penulisan. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun supaya kedepan semuanya sudah mampu menggunakan pengetahuan yang lebih dari ini sebagai langkah untuk menciptakan pengetahuan yang lebih luas lagi . Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi semua pembaca. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar